Jumat, 01 Mei 2009

Hari ini kamu hadir di mimpiku

Hari ini kamu hadir di mimpiku….. lagi-lagi memimpikan kamu setelah satu setengah tahun berlalu, ternyata masih saja otakku mencatatkan kamu dan sosokmu. Aku mendesah, kenapa kamu tak pernah hilang dari hidupku. Ragamu tak sanggup kudekap, jiwamu jauh untuk diraih. Kenapa harus kamu ada di mimpiku. Mungkinkah karena aku kembali ke rumah ini? Semua nafasnya mengingat kehadiranmu, walaupun ini bukan rumahmu ironisnya. Kehadiranmu di ruang tamu, kehadiran mobil orangemu di depan pagarku, serta kehangatanmu ketika memelukku di depan tv yang menyala tanpa penonton.. aku kangen kamu….

Hari ini kamu hadir di mimpiku….. namun kali ini bukan kenangan indah tentang kita. Hanya sesosok punggung yang tidak pernah menengok ke arahku lagi. Hanya sewujud pria dengan kesopanan tinggi berkata-kata dengan basa-basi. Di mana setiap percakapan mesra? Di mana setiap sebutan sayang? Di mana janjimu untuk menjadikanku istrimu dan membangun rumah untukku? Pertanyaan yang tidak pernah terucap, pertanyaan yang tak akan pernah berjawab.

Hari ini kamu hadir di mimpiku… kamu tak dengannya, dan itu membahagiakan mimpiku. Tapi hati kecilku tahu…kenyataannya, kamu sudah bersanding dengannya, seseorang yang tak ingin aku tahu. Bahagiakah kamu? Aku tak tahu… tak sanggup menanyakannya, ataukah aku tak sanggup menerima sebuah jawaban Ya dari mulutmu?

Hari ini kamu hadir di mimpiku. Kamu tak ucapkan banyak kata untukku. Kamu anggapku seperti orang yang tak cukup penting bagimu, orang kebanyakan. Bahkan tak cukup penting untuk ucapkan selamat tinggal dengan benar di depan mataku? Ah… aku masi terbawa emosi satu setengah tahun yang lalu ketika kau menyudahi hubungan kita lewat telepon. Kepengecutanmu yang terbesar yang pernah aku tahu.

Hari ini kamu hadir di mimpiku. Bukan kehadiran seorang gentleman yang selalu kutunggu... Aku terdiam dalam pikiranku. Pernahkah kamu bertindak layaknya seorang? Satu setengah tahun berlalu, ternyata aku lupa sikap manjamu, aku lupa keegoisanmu, aku lupa sikap tak pedulimu, aku lupa tangis yang kubawa karena kebahagiaan yang tak pernah kau beri, aku lupa betapa bersyukurnya aku semua itu dapat kuakhiri. Aku lupa betapa baiknya kini pria yang bersamaku. Seseorang yang bukan kamu.

Kamu terlalu indah di mimpiku, Namun realitaku, lebih bahagia tanpa kamu.

0 komentar:

Posting Komentar